Anekdot Lucu Terbaru | Kumpulan Cerpen Menarik ( cerita pendek )

Anekdot Lucu Terbaru





Situasi di Mina, Masjidil Haram dan tempat-tempat mustajab di Tanah Suci, bagi beberapa orang bagaikan di lubang jarum, kalau tidak mau disebut sebagai “neraka dunia”, padang mahsyarnya alam fana. Di sini acapkali bermunculan cermin diri, sebagai aplikasi perilaku kita selama ini.
Sejak hari pertama di Tanah Suci, tak ingin kulewatkan untuk mencermati kelakuan orang-orang di sekitarku. Walaupun telah berusaha supaya hati dan pikiranku hanya fokus kepada ibadah. Biasanya tanpa disengaja pemandangan itu melintas di hadapanku. Seakan-akan Allah ingin memperlihatkan kuasa-Nya, melimpahi diriku kesempatan sebagai saksi.
Di tenda Mina, ada seorang jamaah, entah siapa namanya, bukan dari Cordova. Kuperhatikan dia begitu getol membagi-bagikan air kemasan botol yang disebut Moya. Sejak dinihari, ketika orang-orang mendirikan qiyamul lail, tenggelam dalam kenikmatan rangkaian ibadah haji, sosok itu telah berdiri di sebelah peti kemas berisi Moya.
“Siapa mau Moya, silakan ambil, Bu, Pak…. Silakan ambil Moya ini,” ujarnya dengan santum dan badan agak dicondongkan. Tak ubahnya seorang pelayan yang sedang menjalankan tugasnya.
Satu jam, dua jam, tiga jam…. hingga tengah hari bolong pun, kulihat dia masih saja melakukan bagi-bagi Moya kepada setiap jamaah yang melintas. Tak tahan kusempatkan untuk menghampirinya dan mengajaknya bercakap.
“Maaf, Pak, apa tidak capek berdiri terus-menerus, dan membagikan Moya begitu?”
“Oh, tenang saja, Bu. Gak ada istilah cape kalo kepingin dapat pahala sih. Silakan ambil Moya ini, Bu!” sahutnya seraya menyodorkan sebotol Moya kepadaku dengan sangat santunnya.
Entah mengapa, aku sempat berdoa, semoga dia masih bisa sholat di antara kesibukan tugas mulianya itu. Acapkali tak urung aku berdecak dan geleng-geleng kepaka melihat kelakuannya. Sholat zuhur lewat, ashar tiba, maghrib sudah waktunya, isya muncul dan semua jamaah masuk tenda. Rehat, persiapan tenaga untuk ibadah esoknya. Dinihari kembali menyeruak, aku pun tersentak, bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Begitu melintasi peti kemas Moya itu, astaghfirullah, bapak itu masih saja berada di sekitar persediaan Moya?
Sekarang bukan berdiri melainkan menggeloso, kakinya berselunjur sementara sebelah tangannya menyusup ke dalam peti kemas Moya. Saat melihat aku melintas di hadapannya, sepasang matanya separuh terpejam, tapi bibirnya masih bisa bergumam parau; “Mo-ya-nya….si-la-kan….am-bil….”
“Terima kasih, Pak. Subhanallah, semoga Allah memberkahi Bapak,” kataku iba sekali, maka kujumput Moya dari peti kemas, sebab ia tak mampu lagi menyodorkannya kepada siapapun.
Usai mengambil wudhu, kulihat bapak itu digotong ke dalam tenda rombongannya. Si bapak pingsan karena kelelahan dan dehidrasi. Belakangan kutahu juga kisah di balik obsesi Moya itu dari rekannya.
Hatta, sosok yang mirip pelayan itu ternyata seorang Direktur Utama sebuah perusahaan bonafid. Dia sangat perhitungan kepada bawahannya. Bahkan aqua galon di kantornya pun harus dibeli oleh para karyawannya secara bergiliran. Wallahualam.

Terima kasih telah membaca artikel Anekdot tentang Obsesi Moya untuk melihat artikel yg lain bisa mengunjungi Blog Saya

Post a Comment